Thursday, July 30, 2009
Curhatan Dari Milis Sebelah! Sedih
Jane writes :
Salah satu hobi baru kita setelah menjadi orang tua, pasti mencium dan memeluk anak-anak kita. Dimana saja dan kapan saja. Saat bangun tidur dengan bau “acem” khas mereka, sambil dimandikan, sedang makan padahal pipi mereka belepotan makanan, sebelum kita berangkat kerja dan pulang kerja (eits..kalau yang terakhir ini jangan lupa ganti baju, cuci tangan, kaki dan wajah dahulu).
Dari ujung rambut sampai ujung kaki pasti tak luput dari ciuman kita sebagai ekspresi betapa kita menyayangi anak-anak kita.
Pernah suatu ketika, saat saya dan anak sulung saya, Naufal, sedang membaca-baca buku, langsung saya peluk dan ciumi dia. Lalu dia tertawa-tawa sambil membalas ciuman saya.
Ada sedikit penasaran… “Kalo udah gede Aa masih mau dicium dan dipeluk ummi nggak?” tanya saya.
Dia mengangguk sambil berkata dengan mantap,”Mau dong.”
Saya tersenyum…ada perasaan lega menyeruak. Walaupun hati saya berkata ‘itu kata-katamu sekarang, Nak. Lima tahun lagi jawabanmu pasti berbeda’.
Hiks, ada sesuatu meninju batin saya. Sambil berusaha menghibur diri, saya terus mengingat jawaban anak saya. Seakan memegang janji atas kata-kata itu.
Padahal saya yakin, saat usia nak-anak semakin bertambah nanti, mereka bukan lagi milik saya seutuhnya. Mereka akan menjadi milik teman-temannya, hobinya, organisasinya, profesinya, keluarganya…bahkan menjadi milik umat.
Saya tidak akan lagi menjadi satu-satunya nama yang dipanggil saat mereka sedih dan terluka. Tidak lagi dibutuhkan saat mereka kesepian. Tidak lagi ditanya untuk memuaskan dahaga keingintahuan mereka. Tidak lagi diminta saat mereka membutuhkan pertolongan. Tidak lagi dipeluk dan dicium setiap hari.
Suatu saat nanti, anak-anak akan pergi dari rumah kami, rumah mereka kini. Masuk ke dalam dunia mereka, bergelut dengan aktivitas mereka, berjuang untuk hidup mereka.
Hari-hari kami yang biasa dipenuhi tawa, tangis, teriakan dan keributan mereka akan berubah menjadi hari-hari yang sunyi. Hati-hati kami yang kini sering dibuat bahagia, lelah dan kesal akan tingkah lucu dan nakal mereka akan berubah menjadi hati-hati yang memendam kerinduan.
Naufal kelak akan menjadi seorang suami…
Mempunyai istri yang membutuhkan perhatiannya, mempunyai anak-anak yang membutuhkan kasih sayangnya, mempunyai pekerjaan yang membutuhkan tanggung jawabnya, mempunyai umat yang membutuhkan buah pikiran dan uluran tangannya.
Azmi kelak akan menjadi seorang istri…Mempunyai suami untuk dia urus segala kebutuhannya, mempunyai anak-anak untuk dia jaga dan rawat dengan sepenuh jiwa dan raganya, mempunyai pekerjaan untuk dia sumbangkan ilmunya, mempunyai umat untuk dia berikan kontribusinya.
Kini… tiap detik bersama mereka sangat saya nikmati. Saat-saat bermain dan bercanda dengan mereka, saat-saat mendengar tawa renyah dan celotehan mereka, saat-saat mencium dan memeluk erat mereka, saat-saat menatap mereka tertidur lelap di pangkuan.
Tidak terasa air mata saya menetes…
Ya Allah, inikah yang dirasakan mamah dan papah, bapak dan ibu mertua… saat melepas kami, anak-anaknya, saya dan suami menikah, lalu tak lama kemudian pergi ke perantauan.
Dan kini kami begitu jarang menjenguk hati-hati mereka yang memendam rindu. Padahal saya yakin, mereka rela mempertaruhkan apa saja demi mendengar sapa saya dan suami…dan cucu-cucu mereka dari seberang lautan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment