Sunday, July 27, 2008

Pemenangnya Jabar

Jawa Barat keluar sebagai juara umum cabang balap sepeda PON ke-17 di Kalimantan Timur.

Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-17 di Kalimantan Timur itu selesai. Cabang olahraga balap sepeda menyelesaikan perlombaan terakhir pada 16 Juli lalu. Berarti, 10 hari cabang olahraga ini berlangsung. Semua disiplin: BMX, Trek, Road Race, dan Sepeda Gunung, sudah diketahui pemenangnya. Total 60 medali: 20 emas, 20 perak, dan 20 perunggu sudah tersebar ke pelbagai provinsi.

Hasil perolehan medali secara keseluruhan cabang ini, menempatkan Jawa Barat (Jabar) sebagai juara umum. Provinsi beribukota Bandung itu mengumpulkan 18 keping medali. Terdiri dari 7 emas, 3 perak dan 8 perunggu. Berada di tempat kedua, Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta dengan 5 emas, 2 perak, dan 3 perunggu. Baru menyusul Jawa Timur dan DKI Jakarta, yang sama-sama mengoleksi 3 emas. Jatim lebih unggul dalam perolehan perak, yakni 8 perak. Sedangkan DKI hanya meraih 1 perak.

Trek: Tiga Rekor Nasional Pecah

Veledrome Komplek Stadion Perjiwa, Tenggarong, Kutai Kertanegara, pada 7 Juli lalu. Lokasi ini dipilih sebagai tempat berlangsungnya nomor permainan, Trek. Pada empat nomor yang dipertandingkan: Scratch Race, Point Race, Individual Pursuit (IP), Individual Time Trial (ITT), terjadi tiga pemecahan rekor, baik PON maupun nasional.

Uyun Muzizah memulai pemecahan rekor itu di hari pertama. Pembalap nasional yang membela Kaltim itu, mempertajam waktu Santia Tri Kusuma di nomor 500 meter ITT. Catatan waktu Uyun, 37,337 detik itu memecahkan rekor nasional yang sudah bertahan selama 5 tahun, yang dicetak Santia di Sydney, Australia, 38,426 detik. Uyun, 28 tahun, itu pun menjadi pembalap pertama yang dapat emas PON.

Selang beberapa jam, pemecahan rekor kembali terjadi. Kali ini di bagian putra. Pembuatnya, Sama’i, atlet nasional yang membela DI Yogyakarta. Pembalap berusia 30 tahun, spesialis sprinter ini memecahkan rekor PON nomor 1000 meter ITT. Rekor tahun 1996, 1 menit 8,580 detik atas nama Herryjanto Setiyawan, dibikin baru Sama’i jadi 1 menit 8,204 detik.

Satu hari kemudian, 8 Juli, pembalap Jatim, Angga Fredy Siswanto yang bertanding di nomor 4000 meter IP ikut memecahkan rekor PON. Angga mencetak waktu 4 menit 53, 077 detik. Ia memecahkan torehan waktu Suyitno yang dibuat tahun 2000 di PON Jatim, 4 menit 53,094 detik.

Namun, bintang di nomor permainan ini, tidak lain dan tidak bukan adalah Santia Tri Kusuma. Atlet nasional yang memperkuat DKI Jakarta pada PON ini selalu memperoleh medali di empat nomor yang dilombakan. Kepingan pertama, Santia merebut perak di ITT 500 meter. Hari keduanya, pembalap kelahiran Malang, 27 tahun ini, dapat emas di Scratch Race. Esoknya ia dapat perunggu IP 3000 meter dan emas Point Race.

“Saya senang bisa dapat semua medali di nomor Trek,” kata Santia Tri Kusuma kepada Cycling. “Dari awal, pengurus tidak membebani saya mesti dapat sekian medali. Tapi, dengan keberhasilan ini, yaa saya senang saja mas,” Santia menambahkan.

Road Race: Masih Diisi Muka Lama

Pembalap muke lama mendominasi nomor road race ini. Tentu kita kenal nama Tonton Susanto, Ferinanto, Nurhayati dan Matnur? Mereka lah yang juara di displin road race ini. Hanya ada satu pembalap kejutan yang meraih emas di disiplin road race. Dia, Yanti Fuchiyanti asal Jabar, yang meraihnya di nomor road race.

Perlombaan dimulai dengan nomor road ITT. Hari itu, 9 Juli, Jalan Wolter Monginsidi Tenggarong mendung. “Semoga lomba bisa berjalan lancar,” kata Daryadi Sadmoko, Komisi Wasit dan Perlombaan pada PON ini.

Nurhayati, pembalap kawakan asal DI Yogyakarta membuat kejuatan dengan menjuarai nomor road ITT. Di saat usianya beranjak 38 tahun, dan mesti menghadapi banyak pembalap muda, ia malah mencapai garis finis pertama. Pembalap kelahiran Jayapura ini mencatat waktu 29 menit, 28 detik, pada lomba yang menempuh jarak 20 kilometer ini.

Bagian putra tidak bisa menyelesaikan nomor ini. Tetesan air langit keburu turun. Tinggal sembilan balap yang belum start. “Perlombaan dilanjutkan Jum’at (11 Juli),” ujar Sadmoko.

Begitu pertandingan tunda dilangsungkan, Tonton Susanto, yang start di posisi terakhir mencatat waktu tercepat. Pembalap Le Tua Cycling Malaysia, yang kali ini membela Jabar, membukukan waktu 52 menit, 25,00 detik, pada jarak 40 kilometer. Ini PON terakhir Tonton. “Alhamdulillah target emas itu terpenuhi,” katanya, yang sudah ikut PON sejak tahun 1993.

Pada nomor selanjutnya, road criterium, Ferinanto menunjukan keperkasaannya. Mantan sprinter andalan Indonesia itu mempertahankan emas criterium-nya . Ini pembuktian bagi pembalap 30 tahun itu, kalau dirinya masih bisa bersaing, dan mampu mempertahan emas criterium.

“Saya dipanggil masuk Puslatda (Pemusatan Latihan Daerah) untuk mempertahan emas yang saya peroleh empat tahun lalu,” katanya, saat diwawancarai Cycling, awal Juni lalu. Ucapan itu pun terbukti.

Bagian putri, lagi, Nurhayati menambah pundi-pundi emas Yogyakarta. Berarti sudah 5 keping medali: 3 emas, 1 perak dan 1 perunggu, yang ia sumbangkan buat provinsi yang identik dengan sebutan Kota Pelajar itu. “Eksistensi saya di sini buat memotivasi yang muda. Masa kalah sama yang tua,” katanya, dikutip dari Kompas.com.

Nomor bergengsi road race dimulai 12 Juli. Lokasinya di Jalan Raya Tenggarong. Keluar sebagai juara adalah Matnur dari Yogyakarta dan Yanti Fuchiyanti asal Jabar.

BMX dan Sepeda Gunung: Milik Jabar

Tampaknya disiplin ini memang ladang medali buat Jabar. Dari 18 keping medali yang disediakan panitia, 10 medali “terbang” ke kontingen Jabar. Pendistribusiannya, 4 emas, 2 perak, dan 4 perunggu. Bintang Jabar pada PON ini adalah neng Risa Suseanty, 27 tahun.

Risa mulai mengumpulkan medali pada displin BMX Supercross. Lomba yang dilangsungkan 11 Juli, di Stadion Olahraga Tenggarong, Risa dapat emas. Empat hari kemudian, istri atlet sepeda gunung Singapura, Tan Hong Chun, ini menambah emas di nomor spesialisnya, sepeda gunung downhill.

Bertanding dalam kondisi tanak becek, di Bukit Pelangi-Komplek Kantor Pemerintahan Sanggata Kutai Timur, Risa kian menunjukan dominasinya. Ia mampu menuruni bukit sejauh 1,3 kilometer dengan waktu tercepat, 2 menit 1,97 detik. Dengan begitu, ia mencetak hattrick, karena selalu merebut emas downhill sejak tahun 2000. Medali terakhir Risa di raih di nomor cross country. Ia dapat perunggu.

Hari terakhir, 16 Juli, di Gunung Air Putih Samarinda, Jabar menggila. “Pasukan” sepeda gunung Jabar menguasai nomor cross country dengan merebut 5 medali dari 6 yang diperebutkan.

Kusmawati Yazid memulai “kegilaan” itu. Kategori putri yang mesti menempuh 3 lap—1 lap panjangnya 5,1 kilometer—, Engkus, sapaan akrabnya, melindas garis finis pertama. Ia membukukan waktu tercepat 1 jam, 4 menit, 10 detik. Tempat kedua direbut Jateng lewat gowesan Sri Suyamti.

Saat kondisi tanah makin becek, akibat guyuran hujan sebelum lomba, bagian putra memulai start. Maning, pembalap sepeda Jabar menunjukan kelasnya. Memutari lap sebanyak 6 kali, tiga pembalap Jabar: Dadi Nurcahyadi, Chandra Rafsanjani, dan Bandi Sugito, selalu tampil terdepan. Posisi itu dipertahankan hingga akhir lomba. Dan, tabungan medali balap sepeda Jabar bertambah tiga keping.

“Nomor sepeda gunung memenuhi target,” kata Engkos Sadrah, Ketua Ikatan Sepeda Sport Indonesia (ISSI) Jabar, dihubungi lewat telepon. Dengan demikian, 7 emas, 3 perak, dan 8 perunggu, menempatkan Jabar sebagai juara umum cabang balap sepeda.

“Medali yang terkumpul sampai hari terakhir melebihi target. Dua pembalap bikin kejutan,” ujar Engkos, yang sudah menjabat sebagai ketua umum ISSI Jabar sejak 2003. Yang dimaksud itu adalah Yanti Fuchiyanti yang juara di road race dan Agus Sofyan Ziad di scratch race.

No comments: