Wednesday, July 23, 2008

Dede, Semoga Kelak Jadi Anak Sehat dan Soleh


Rasa bahagia seorang lelaki, bagi saya, memiliki istri yang soleha dan anak yang sehat dan berbakti. Poin pertama, Alhamdulilah sudah saya dapatkan. Perempuan muslim cantik itu saya nikahi 8 Desember 2007. Namanya Eka Dian Novita, mengandung arti anak pertama yang memberikan cahaya di bulan November. Poin terakhir bakal saya dapatkan kira-kira 22 atau 23 September, menurut perkiraan dokter kandungan RS Harapan Bunda, Pasar Rebo, Jakarta Timur.

Kepastian janin yang terdapat di kandungan istri saya terjadi akhir Januari 2008. Usai mengetahui, saya langsung berucap syukur, Allhamdulillah, ternyata Allah langsung mempercayakan kepada kami untuk merawat seorang anak.

Sekitar bulan keenam, saya membawa istri check up ke dokter kandungan. Kali ini saya tidak membawa ke RS Harapan Bunda, melainkan ke Balai Kesehatan St Carolus, Cijantung. Alasannya karena dekat rumah. Kepindahan itu sudah berlangsung selama lima bulan. Seperti biasa, saya dan istri nunggu giliran. Istri asyik menonton televisi yang jogrok di atas, saya malah sibuk membolak-balik mencari rubrik olahraga di Harian Kompas yang saya beli.

Selama memeriksa kandungan, memang saya kerap membeli koran harian. Biar tidak bosan nunggu-nya.

“Ibu Eka”, seorang suster berkacamata mengenakan seragam putih memanggil. “Ayo sayang,” saya mengajak istri masuk ke ruang dokter. Tidak langsung ketemu dokter, tapi menunggu lagi di kursi kayu, depan meja asisten sang dokter. Di dinding ruangan terpampang poster proses pertumbuhan bayi dari baru melahirkan hingga usia 3 tahun. Di sisi kanan meja sang asisten terdapat satu tempat tidur tertutup kerai putih. “Tunggu ya,” suster yang saya taksir berusia 40 tahunan itu menyilahkan saya dan istri menunggu.

Tidak lama, seorang ibu yang perutnya sudah membesar keluar ruangan dokter. Suster mempersilahkan kami masuk. “Ada keluhan,” tanya sang dokter. Pertanyaan pertama yang kerap saya dengar begitu duduk di depan meja dokter. “Tidak dok,” istri saya menjawab.

Istri saya langsung diajak suster rebahan di tempat tidur model persalinan, yang bagian ujung kakinya ada dua penyangga buat menaruh betis kaki. Tapi istri tidak memakai penyangga itu.

Dokter memegang alat deteksi dan mengoleskan ujung alat itu dengan sebuah gel. Tangan kirinya menyentuh mouse bulat, dan mata minusnya menatap monitor berukuran sekitar 8 inch—USG (Ultra Sono Grafi). Lalu alat yang sudah dilumeri gel itu sedikit menekan perut istri. “Oh, bayi di perut istri saya terlihat samar.”

Dokter menjelasakan, ini kepalanya, ini tulang belakangnya, ini tangan, kakinya, dan kayanya laki-laki. “Wow, saya bakal dikarunia jagoan,” gumamku. Tapi itu bukan yang utama. Bagi kami, apapun jenis kelaminya, yang terpenting istri bisa lahir normal, lancar dan kami dikarunia bayi sehat. Kami tidak mempersoalkan apa jenis kelaminya, karena ini anak pertama, cucu pertama bagi kedua orang tua kami.

Rasa bahagia kami susah diungkapkan. Terlebih saya. Bisa memiliki dua manusia yang baik, sayang, pengertian, dan ada disaat duka dan suka, sudah merupakan suatu nilai kebahagian yang tidak bisa ditukar dengan materi.

Segala bentuk perhatian pada bakal buah hati, kami curahkan semua bentuk kasih sayang. Elusan dari sang bunda selalu menemani dede waktu pagi, siang dan malam. Makan bergizi dan sehat menjadi asupan penting ibunya dan dede. Oiya. Dede adalah nama panggilan janin yang ada di rahim istri saya.

Kini, hari-hari kami dibalut kegembiraan. Saban siang, dede tidak bisa diam. Aktif. Ia merasa senang menemani mamanya berkerja. Malam hari, ia ingin dielus papanya. Sebelum tidur, saya membiasakan untuk menyapa dede dan mengelusnya. Respon yang dibalas dede adalah dengan menendang perut mamanya. “Senangnya saya.”

Tinggal 2 bulan lagi dede akan merasakan dunia luar. Kami selalu berdoa demi kebaikan dan kesehatannya. “Ya Allah, sebelumnya terima kasih atas segala rahmat dan rezeki yang Kau berikan kepada umatMu ini. Dan berilah kesehatan dan kekuatan kepada istri dan dede. Semoga kelak istri saya dapat melahirkan normal dan memiliki anak yang normal dan sehat. Amin.”

4 comments:

Anonymous said...

aduhai bahagianya jadi seorang ayah . pembuktian sebagai lelaki sejati. selamat.....

My All Document said...

Terima kasih mas abdullah

Anonymous said...

Halo Pak :)

ngejawab pertanyaan barang2 apa aja yang musti dibawa dalam tas waktu istri mau melahirkan :

1. baju ganti istri untuk 3 hari, lebih baik yang gampang untuk menyusui
2. breastpad dan pembalut khusus melahirkan
3. kamera atau handycam buat mengabadikan, tapi pas saat melahirkan tanya dulu sama istri mau di shoot apa ga..hehehe
4. jika suami ikut menginap, bawa baju ganti juga
5. bawa baju bayi satu set untuk pulang, plus disposable diaper untuk newborn
okie kayaknya yang penting itu aja ya...mudah2an ngebantu
semoga bayi dan ibu nya sehat selalu...dan proses melahirkannya lancar.

My All Document said...

terima kasih ya tipsnya.