Usai lelah menggowes di jalur cross country, luangkan waktu sejenak untuk bermain sepeda di pumping track.
Sore itu, selepas adzan Ashar, hujan tidak henti-hentinya mengguyur Kecamatan Parung,
Perjalanan menjajal trek ini dimulai dari sebuah toko sepeda B-Bike. Toko seluas 6 x 6 meter, terbagi dua ruangan, satu buat penjualan komponen sepeda, satunya lagi komponen motorcross, menjadi tempat kami berkumpul. “Pesepeda yang ingin main di trek ini, kumpulnya di toko,” ujar Jemmie Tauw, si empunya toko sekaligus pemandu perjalanan.
Dari toko yang terletak di jalan Jabon Mekar, Parung, sepeda digowes melalui jalan raya terlebih dahulu sejauh 100 meter, ke arah kanan toko. Sampai di sebuah pagar yang diselimuti banyak dedaunan, terselip satu pintu masuk. Pintu ini tidak tertutup. Tingginya sekitar dua meter. Dari pintu inilah penyusuran trek yang sudah dilalui sepeda sejak tahun 2005 ini dimulai.
Masuk, hamparan kebon singkong tertata rapi. Dua lahan, kanan kiri berbentuk persegi, tertanam batang singkong kecil. Selebihnya hanya alang-alang setinggi leher orang dewasa (ukurannya tinggi saya 175 sentimeter). Trek pembuka tidak terlalu lebar. Kira-kira 10 sentimeter. Kontur tanahnya keras, sehingga saat dilalui ban sepeda, tanahnya tidak menempel dan menggangu putaran roda. Namun, karena saya melewatinya saat hujan turun, trek ini terendam air. Jadi sama saja, kayuhan pedal menjadi berat.
Jalur awal atau pembuka, trek banyak didominasi single track. Di sepanjang jalannya, berderet kebun singkong setinggi kepala saya. Selepas kebun singkong, jalurnya mulai sedikit tertutup alang-alang. Saya menyarankan, buat Anda yang berminat menyusuri trek ini untuk mengenakan kacamata. Karena sekitar 20 meter alang-alang itu terus menggangu penglihatan saya.
Dari area alang-alang hingga 2 kilometer-an, jalur sudah terlihat beragam. Yang tadinya single track berkontur tanah keras, berubah menjadi jalur makadam. Kemudian tanah lagi, namun konturnya agak “lembek”, sehingga membuat ban sepeda saya tertutup tanah liat. Tanah liat yang bikin berat laju sepeda terdapat di sekitar lapangan bola, yang ukurannya tidak terlalu luas. Dari sini, jalur yang bikin mulut saya menganga lebar akibat lelah menggenjot sepeda, perjalanan dilanjutkan memasuki rimbunan alang-alang, melewati jalur setapak (jalur pejalan kaki warga setempat).
Jarak 2 kilometer dari pintu masuk, jalur cenderung flat (datar). Sesekali menemui “bonus” sependek 50 meter. Jalur ini cukup membuat detakan jantung kembali normal, setelah tantangan berat melawan genangan air dan tempelan tanah liat di ban. Kontur tanah turunan ini sedikit “berantakan”. Sisi kiri dan tengah legok, semacam selokan. Sedangkan sisi kanan rata berbatu kerikil. Hambatan di trek “bonus” ini adalah alang-alang yang mengganggu penglihatan. Namun, turunan ini saya nilai besar manfaatnya. Setidaknya saya dapat mengistirahatkan kaki sejenak dari aktivitas menggowes.
Seusai turunan, kira-kira 300 meter, saya mencapai “pos” peristirahatan. Pos ini berupa warung makan dengan satu bale dan tempat duduk panjang. Di depan warung, terdapat bambu horizontal panjang tempat menggantungkan sepeda. “Ini tempat istirahat. Namanya warung Pa Sauh,” ujar Jemmie menunjukan tempat saya melepas lelah. Sayang saat itu Pa Sauh sedang tidak jualan. Warungnya tertutup rapat.
Di belakang warung, terdapat lahan kosong. Area itu cocok buat mengasah teknik bersepeda. Terdapat turunan dengan sisi kanan yang tegak, seperti wallride. Mungkin kalau diterjemahkan secara bebas, saya menyebut itu adalah dirtride, karena bahannya adalah tanah. Lalu ada drop off setinggi 1 meter. Di atasnya, berdiri perumahan penduduk Desa Iwul. Setiap menjajal dirtride, penghuni rumah, lelaki tua menawarkan saya dan teman-teman untuk singgah ke rumahnya. Sangat ramah sekali.
Penelusuran trek JTBBB dilanjutkan dengan menanjak. Banyak jalan potong yang ditunjukan Jemmie, yang saat itu “menunggangi” sepeda all mountain dengan stiker Xpedo di downtube-nya. Menurut Jemmie, rute yang saya lalui melewati
Panjang trek berangkat 20 kilometer. Sementara untuk jalur pulang menempuh jarak 15 kilometer. Persentase jalur menanjak adalah 30 persen, menurun 35 persen dan sisanya mendatar. Namun, buat Anda yang baru pertama kali menjajal trek ini, alangkah baiknya meminta bantuan Jemmie untuk menjadi pemandu. Dengan segala kerendahan hatinya, ia pasti mau memandunya.
Tujuannya pemandu di sini adalah untuk menunjukan rute yang benar, tanpa harus tersesat. Karena sepanjang perjalanan saya menggowes sepeda, setidaknya tiga sampai
Pumping Track
Areanya tidak terlalu luas. Terletak di belakang rumah penduduk. Terdapat empat handicap (rintangan); dua tabletop kecil, satu tabletop besar, dan satu berm (tikungan dengan sisi bagian luarnya berupa tanah yang agak miring). Bagian luar berm ditahan oleh deretan karung berisi tanah untuk menahan beban sepeda. Sehingga, bila Anda ingin unjuk kebolehan di berm, dengan tingkat kemiringan sepeda yang “super” miring, akan aman tanpa takut tanahnya amblas.
Mengasah teknik pumping, drop off, aplikasi trik freestyle, dan cornering, area ini dinilai pas. Jika dilihat dari bentuk handicap dan luasnya, area ini cocok buat pesepeda pemula. Nah, jika area ini tujuan Anda menggowes sepeda, mintalah kepada Jemmie Tauw untuk menghantarnya. Dengan senang ia pasti memandunya.
1 comment:
kapan ngeliput trek di Trenggalek mas
Post a Comment