Tuesday, March 25, 2008

Robby Soekardi: Gemilang di Sepeda Gunung

Riwayat bersepedanya di jalan raya dan sepeda gunung. Ia mencapai puncak kejayaan setelah di ajak Kong Liong bergabung di Bandung Mountain Bike

Apa kabar Robby Soekardi? Pertanyaan itu layak dialamatkan kepadanya. Robby seolah hilang dari peredaran dunia balap sepeda, setelah ia memutuskan gantung sepeda tahun 1995. Namun, sosoknya kembali muncul di tengah penggila sepeda gunung. Dia terlihat sedang duduk santai disebuah tenda pameran Trend Mountain Bike 2008, di Jalur Pipa Gas (JPG), Tangerang, yang berisi deretan sepeda gunung Polygon terbaru. Sedang apa dia di situ? “Saya sedang membantu perkerjaan adik (Bonny Soekardi, mantan atlet balap sepeda-Red),” ujar lelaki berusia 37 tahun ini.

Tatapan matanya menyoroti semua pengunjung yang datang ke pameran itu atau yang sengaja menghampiri tendanya. Dalam hati kecilnya mungkin dia bertanya? Ternyata, perkembangan sepeda gunung di Indonesia semakin tumbuh pesat. “Zaman saya, tahun 90-an, penyuka sepeda gunung tidak banyak,” kata pemilik nama lengkap Robby Agustinus Soekardi. Sekarang, di ibu kota maupun di daerah, penghobi sepeda gunung mudah sekali dijumpai.

Robby adalah satu dari enam pembalap terbaik yang direkrut dan dibina oleh Kong Liong (pendiri dan pelatih Tim Bandung Mountain Bike). Robby direkrut Kong Liong sekitar tahun 1990. Tahun itu ia mengalami krisis prestasi. Tenaga dan kemampuannya bersepeda tidak dipakai lagi di Tim Nasional (Timnas). Bersama pembalap lain; Abdul Rahman, Hendy, Sanny Widiansyah, Sonny M. Heriayadi, dan Oki Respati, Robby diajak bergabung dengan Kong Liong dalam wadah Tim Bandung Mountain Bike. “Metode kepelatihan Kong Liong saat itu sangat bagus,” ungkapnya.

Masih di tahun itu, semangat bersepeda Robby kembali mencapai puncak. Porsi latihan yang diberikan pelatih Kong Liong disukainya. Kong Liong mengajarkan teknik putaran pedal (cadence) yang baik dan benar. Secara kontinu, pengagum Bernard Hinault, pembalap Perancis, juara Vuelta a Espana 1983, ini melatihnya. Robby menuturkan, Kong Liong kerap mengajarinya melatih RPM, kecepatan gowesan. Dia tidak membantah. Menu latihan seperti itu selalu menjadi sarapan paginya.

Sosok Kong Liong benar-benar menjadi menjadi dewa penolong bagi Robby. Karir bersepedanya meningkat drastis. Setelah sering menang di pelbagai kejuaraan tingkat nasional, Robby menjajaki panggung lomba internasional. Catatan prestasi yang berkesan adalah runner up Kejuaraan Mountain Bike Asean 1991 di Singapura. Di negara yang terletak di 137 kilometer dari jalur khatulistiwa itu, Robby dan rekan setimnya berjaya. Podium kelas cross country (XC) diborong oleh semua anak asuh Kong Liong itu. Juara pertamanya direbut Hendy, ketiga; Sanny Widiansyah dan keempat; Abdul Rahman.

“Untuk kelas cross country, saat itu Indonesia begitu ditakuti di kawasan Asia Tenggara,” katanya, yang memakai sepeda gunung merek Bridgestone kala itu. “Dulu, Atlet-atlet Vietnam banyak yang belajar dari Indonesia. Sekarang, malah atlet putri kita kalah dari Vietnam.”

Robby mengingat. Kejuaraan yang disambanginya bagitu banyak. Dan itu semua berbuah kemenangan, baik buat dia maupun rekan setimnya. Namun, hamparan piala dan medali yang diraih dan tercecer di kediaman Kong Liong tinggal kenangan. Dari perbincangan Cycling dengan Kong Liong Desember 2007 lalu, seluruh bentuk penghargaan yang didapat anak didiknya dipentas lomba, habis dijual dan dibuang. Menurut Kong Liong, ini saking banyaknya piala dan medali, hingga memenuhi ruangan rumahnya. “Mengenai prestasi dan kejuaraan yang diikuti banyak sekali. Sampai lupa jumlahnya,” ujar anak pertama dari tiga bersaudara itu, yang juga menyuruh bertanya perihal piala kepada mantan pelatihnya itu.

Sambil mengingat-ingat kembali ke masa kejayaannya, Robby terdiam sejenak. Dia memaksa otaknya berpikir ke masa lalu, flashback. Dahinya berkerut. Setelah sedikit searching data yang hilang di memorinya dan menemukannya, dia pun kembali melanjutkan ceritanya. Data itu mengungkapkan, prestasi yang paling berkesan buat dirinya adalah Kejurnas Tanjakan Merapi tahun 1993. Kejuaraan itu paling membanggakan, karena ia bertanding seorang diri. Rekan setimnya diboyong Kong Liong untuk juga bertanding disebuah kejuaraan sepeda di Jakarta. Otomatis dia hanya ditemani oleh orang tua Kong Liong (Robby lupa namanya-Red) dan Om Edwin (Posisi saat itu adalah Commisaire Nasional). Di Merapi, di medan tanjakan, teknik pedaling Robby mampu melibas pesaing beratnya, seperti; M.Basri, Dadang Haris, dan Yoshua Sudargo. Ia pun meraih juara pertama.

Kebesaran nama Robby di dunia balap sepeda cukup diperhitungkan. Seperti yang terjadi di Tour de Jabar 1992, etape Cirebon – Kuningan. Sepanjang etape itu dia terus dikuntit; Tonton Susanto, Maulana dan Robby Yahya. Dia tidak bebas bergerak. Melihat kondisi seperti itu, dengan cerdik, dia menyuruh rekannya Oki Respati keluar dan melakukan sprint di 400 meter menjelang finish. Oki pun juara. “Saya melihat, ketiga pembalap itu tidak memperhatikan Oki,” ujarnya, yang di road memakai sepeda Peugeot Carbon 7. Oki juara, hadiahnya tetap dibagi rata. Ini peraturan tim. Pelatih selalu berpesan, siapapun yang meraih juara, hadiahnya dibagi secara adil. Ini demi kebersamaan dan kemajuan tim.

Keluarga Pembalap

Robby lahir 19 Agustus 1970, di Bandung, Jawa Barat. Ia tumbuh di tengah keluarga pembalap sepeda. Bapaknya, Robert Soekardi, 64 tahun, adalah mantan pembalap jalan raya nasional era-70 an. Adiknya, Bonny Soekardi juga mantan pembalap disiplin Trek yang pernah meraih perunggu di Sea Games 1985 Thailand. Sekarang Bonny menyibukan diri sebagai Manager Tim MTB Polygon.

Minat Robby terjun di dunia balap kereta angin bukan atas pengaruh sang bapak. Dia tertarik bersepeda karena penampilan stylish teman sang bapak. Sekitar tahun 1983, usia Robby 13 tahun kala itu, beberapa rekan bapak bertandang ke rumahnya. Dandanan tamu bapaknya itu membius Robby, membuatnya terlena, dan langsung memutuskan ingin seperti itu (maksudnya pembalap sepeda road-Red). Masih di tahun yang sama, ia pun memulai debut bersepeda. Dia rutin berlatih bersama sang bapak. Kurun waktu itu juga, ia memasuki arena sesunguhnya. Dia bergabung dengan Tim Road STP Sangkuriang, tim yang disponsori perusahaan oli, STP.

Tunggangan pertamanya merk Apollo, pemberian bapaknya. Sepedanya itu terus digeber di pelbagai kejuaraan lokal. Di kategori pemula, ia pernah menjuarai Kejuaraan Alpen Trophy 1987. Di event itu, saingannya adalah juara nasional Tonton Susanto. Dari situ, satu tahun kemudian ia dipanggil masuk pemusatan Pelatihan Nasional (Pelatnas). Ditariknya lelaki yang saat ini kerja di bagian penjualan produk Home Teater dari Yamaha itu untuk kepentingan membela Timnas di Sea Games 1989, di Malaysia.

Riwayatnya di jalan raya berakhir saat prestasinya meredup awal tahun 1990. Dia pun berpaling ke sepeda gunung. Keterlibatannya di sepeda gunung karena ajakan Kong Liong yang sedang mencari pembalap untuk mempromosikan sepeda gunung merek Bridgestones. “Yang ditawarkan Kong Liong saat itu menarik,” kenangnya. Kong Liong menawarkan semua fasilitas yang dibutuhkan pembalap. Mulai dari sepeda, kostum, makanan, bonus, kesehatan dan biaya bertanding.

Semenjak itu, ia membela tim Kong Liong, Bandung Mountain Bike selama 5 tahun. Jenjang karir lombanya berakhir tahun 1995. Ia memutuskan pensiun dari dunia balap sepeda. Alasannya bukan karena tidak ada lawan yang tangguh lagi. Melainkan ia sudah merasa jenuh dan bosan. “Kalau saingan sih banyak ya. Terutama anak didiknya om Theo Gunawan,” ujarnya. Praktis selepas tahun itu, ia lebih banyak menyibukan diri di dunia kerja kantoran. Pernah sesekali ikut lomba tahun 2005 diminta tim Polygon untuk event Tour de Jakarta. Turun di kelas master, ia meraih juara 3, kalah dari Edi Purnomo dan Hendry Setiawan. Kini kesibukan lainnya adalah membantu adiknya di Polygon.

Biodata:

Nama Lengkap : Robby Agustinus Soekardi
Lahir: Bandung, 19 Agustus 1970
Putra: 1 dari 3 bersaudara
Pembalap Idola: Bernard Hinault (Perancis)
Klub: Road: STP Sangkuriang (Pemula), Pelita Jaya Lampung (1988-1990) dan MTB: Bandung Mountain Bike (1990-1995)
Sepeda: Road: Apollo (saat pemula), dan Peugeot (dibeberapa lomba di senior) – MTB; Bridgestones

Prestasi antara lain:

Road:
Juara 2 Kelas Junior Alpen Thropy 1985
Juara 3 Elite Tour de Pangandaran Etape 1 Beregu 1987
Juara 1 Elite Tour de Pangandaran Etape 2 Beregu 1987
Juara 4 Elite Tour de ISSI Perorangan Umum 1989
Juara 2 Elite Tour de Jawa Beregu Umum 1989
Juara 1 Kejurnas Tanjakan Merapi 1993
Juara 3 Master Tour de Jakarta 2005 (Road)

MTB XC:
Juara 1 Elte Selorejo All Terrain Bike Race Malang 1991
Juara 1 Elite MTB Lintas Manglayang 1991
Juara 1 Elite Kopeng MTB Open 1991
Juara 2 Elite Kejuaraan MTB Asean Singapura 1991
Juara 2 Elite International MTB Championship Yogyakarta 1991
Juara 1 Elite Kejurnas Tanjakan Alpen Trophy MTB 1991

1 comment:

admin said...

Robi , sekarang alamatna dimana

Nuhun pisan

Luki