Monday, August 25, 2008
Posisi Bayi di Perut Istri Tetap Sungsang
Bayi dalam kandungan istri saya tetap sungsang (posisi kepala di atas). Kepastian itu terungkap setelah istri memeriksa rutin kandungannya di Balai Kesehatan St Carolus, di Cijantung, Jakarta Timur, 23 Agustus 2008. "Kemarin sungsang ya," kata Mathius, Dokter Spesialis Kandungan yang memeriksa istri saya. "Coba kita cek lagi posisinya."
Seketika alat Ultra Sono Grafi (USG) ditempel ke perut istri, monitor 17 inch yang terpampang di sudut ruangan itu menampilkan warna hitam putih dengan sosok bayi yang terlihat samar-samar. "Wah masih belum mutar posisinya (sungsang)," kata dokter sambil menjelaskan kepada saya dan istri, kalau yang ditunjuk tanda panah putih di monitor kecil adalah kepala yang posisinya masih di atas.
Saya terdiam. Istri pun demikian.
Kalau diputar gimana dok? tanya istri saya yang pada hari itu memakai celana panjang dan baju sedikit ketat warna hitam. "Saya sarankan jangan, beresiko. Lebih baik alami, apalagi ini anak pertama," kata dokter. "Sudah 36 minggu ya, sulit ini," lanjutnya. Itu perhitungan dokter. Kalau menurut hitung-hitungan kami, usia kandungan istri 34 minggu. Berarti tinggal 4-6 minggu lagi istri melahirkan.
Posisi bayi yang belum normal tentu mengejutkan kami. Sudah satu bulan terakhir istri menjalankan saran dokter untuk "menungging" selama 15 menit, dua kali sehari. Tujuannya agar bayi memutar ke posisi normal. Tapi itu tidak terjadi. Kami sedih. Terlebih istri ingin sekali melahirkan dede secara normal. Ia tidak mau di operasi (caesar), karena itu mengganggu kondisinya pasca lahiran. Ia mau total mengurus dede setelah lahir di dunia. Memandikan, mengganti celana, menyusui, menggendongnya, dan mengelus kening dede.
"Maunya normal sayang," istri berucap manja kepada saya. "Iya, mudah-mudahan saja ada mukzizat dari dede. Siapa tahu saja pas di USG terakhir dede mutar," kataku. Istri langsung berujar, amin.
Istri, yang saya nikahi pada 8 Desember 2007 kurang suka operasi. Ia pernah menjalani operasi usus buntu, dan butuh berbulan-bulan untuk penyembuhan, serta mengeringnya bekas sayatan pisau. Takut mengalami hal sama, makanya ia berharap melahirkan secara normal. Supaya tidak ada hambatan mengurus dede, kata istri. "Juga tidak mau merepotkan neneknya dede, baik yang di Depok maupun di Cijantung."
Hitungan minggu, tinggal empat minggu lagi istri melahirkan. Prediksi tanggal 22 September, pas puasa, dede bisa merasakan dunia luar. Kami terus berdoa dan berusaha agar dede bisa lahir dengan normal. Saya lebih mengharapkan dede dan mamanya dalam keadaan sehat pas dan usai lahiran, karena mereka adalah nyawa saya.
Ya Allah yang maha kuasa, saya terus panjatkan doa buat anak dan istri saya agar senantiasa sehat. Saya juga berharap, pada harinya nanti, istri bisa melahirkan secara normal dan dikaruniai bayi sehat, lucu dan normal. Amin.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment