Monday, April 28, 2008

Ferinanto: Raja Sprinter itu Kembali!

Ferinanto dikenal sebagai pembalap serba bisa. Sekarang, disisa karirnya, dia lebih banyak turun di road race.

Selama empat tahun sosok Ferinanto menghilang bak ditelan bumi. Prestasi yang diraihnya pun hanya kenangan dan cerita bagi sebagian penggemarnya. Kemanakah Feriananto selama itu? Keberadaannya kembali muncul pagi itu. Di kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta, Ferinanto terlihat di jajaran pembalap Jawa Timur (Jatim) pada kejuaraan Tour de Jakarta 2008. “Selama empat tahun saya sibuk membuka usaha mebel mas,” katanya. “Sekarang tanding untuk persiapan Pekan Olahraga Nasional (PON-Red).”

Ferinanto yang dulu dikenal sebagai raja sprinter itu turun gunung demi tanah kelahirannya, Jawa Timur. Daerah asalnya masih membutuhkan kayuhan kakinya untuk mendulang emas balap sepeda jalan raya di PON ke-17 di Kalimantan Timur. Tour de Jakarta sebagai uji coba pertamanya sebelum turun ke PON nanti. Selang satu minggu, pembalap tipikal sprinter ini juga beruji coba di kotanya, dalam pergelaran Tour de East Java (TdEJ).

Namun, kemunculannya di situ malah membuat berita nasional. Bukan berita bagus. Sebagian media Indonesia menulis “duka” Ferinanto kala itu. Ia terkena sanksi dari komisi lomba TdEJ karena gaya sprint zig-zag-nya membahayakan pembalap lain. Peristiwa itu terjadi di etape kedua. “Itu legal. Gaya saya itu untuk menutup pergerakan lawan. Saya tidak mau kasih keuntungan lawan dengan menutup arah angin,” ujarnya, dihubungi lewat telepon.

Ferinanto diam. “Tidak. Saya bersama offisial protes. Saya bilang, balapan sekelas Tour de France yang menganut peraturan UCI, melegalkan balapan seperti saya itu,” katanya. Namun, komisi lomba tetap dengan pendiriannya. Presiden UCI untuk Asia, Jamaluddin Mahmood kekeuh mendiskualifikasi Ferinanto.

Itulah sekilas cerita comeback Ferinanto. Penggemar balap sepeda Indonesia tahu Ferinanto kembali turun lomba dari pemberitaan media massa. Sebelumnya orang kenal Ferinanto dari prestasinya. Kemudian usai membela Jatim di PON Palembang 2004, pemilik sepeda Trek edisi Lance Armstrong ini hilang dari gemerlap balap sepeda. “Saya memutuskan istirahat dari balap sepeda ketika “dipulangkan” dari Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas) Indonesia untuk Asian Games 2006 di Doha, Qatar,” katanya.

Diceritakan Ferinanto, pelatih Timnas saat itu menilai ia tidak disiplin dalam berlatih. “Dari situ saya mulai berlalih ke dunia usaha. Setiap hari saya membuat perabotan rumah,” katanya. Kurun waktu empat tahun, dari akhir 2004 hingga awal 2008, ia bergelut di usaha mebel itu.

Namun, awal 2008, pengurus olahraga balap sepeda Jatim, memanggil Ferinanto untuk masuk Pemusatan Latihan Daerah (Puslatda). Pemanggilan itu demi kepentingan Jatim untuk mengumpulkan pundi-pundi emas dari balap sepeda. Alasannya, empat medali Jatim dari PON sebelumnya adalah hasil gowesannya. Di Palembang saat itu, ia mempersembahkan 3 emas: kriterium, roadrace, beregu putra dan 1 perunggu: 40 km ITT. Harapan Jatim, Ferinanto dapat mengulangi prestasi itu.

XC, DH, Trek dan Road Race

Ferinanto lahir di Madiun, 23 Maret 1978. Berarti saat ini ia berusia 30 tahun, usia yang menurut Wahyudi Hidayat, Kepala Pelatih Nasional Indonesia adalah golden age bagi pembalap sepeda. Di usia ini, ia ingin menorehkan prestasi seperti yang pernah diperolehnya dulu.

Ferinanto memulai karir bersepedanya usia 12 tahun. Tepatnya tahun 1990 ia mencicipi lomba sepeda gunung di tanah kelahirannya, Madiun. Gelar pertamanya digenggam di Kejuaraan DCS FM Speed Road 1990, tingkat Regional Madiun. Pada event yang diselenggarakan sebuah radio setempat, DCS FM, ia memperoleh juara kedua. Saat itu ia ikutserta atas nama klub sepedanya, Lawu Cycling Klub Madiun. “Klub ini masih ada mas,” katanya sedikit bangga.

Pada tingkat junior, Ferinanto banyak menghabiskan tenaganya di balapan sepeda gunung, cross country (XC). Pelbagai kejuaraan regional maupun nasional kerap disambanginya dan selalu berbuah juara. Menurutnya, sekitar tahun 1990-an, kategori junior itu yang “berkuasa” ada empat pembalap. Selain saya (Ferinanto-red), ada Frani Kristianto, Sonny M Heriyadi (Jabar-Bandung Mountainbike) dan Kalis (Jawa Tengah). “Kalau ada kejuaraan, ya berempat itu yang bergantian juara,” ujarnya.

Tahun 1994, ia disatroni Chandra Ariavijaya, yang saat itu sedang mencari bibit muda. Ia ditawari bergabung dengan Tim Panasonic. Dari Chandra, ia diasah teknik bersepeda dengan baik. Hasilnya, juara umum XC BSD Matra Series di Pamulang, Jakarta, 1994-1995 ia rengkuh. Tahun 1993 ia juga juara di event ini. Namun, catatan prestasi yang paling membanggakan dirinya adalah juara ketiga junior World Cup Series 1994 di Australia.

Selepas Tim Panasonic berganti menjadi Tim Citra Muda tahun 1995, ia menjajaki dunia turun gunung (downhill). Bersama rekannya saat itu: Risa Suseanty, Sugianto ‘Hoho’ Setiawan, Ferry Sonic dan Sugianto Gimo, ia menjadi momok yang ditakuti lawan ketika turun balapan.

Title pertama downhill (DH) ia peroleh di pergelaran PON 1996 di Jakarta. Ia mengalungi emas DH buat kontingen Jatim. Empat tahun kemudian, saat PON di adakan di Surabaya, Jatim, ia kembali meraih medali, tapi perunggu.

Rentetan medali Feriananto dari cabang DH tidak dipersembahkan buat daerahnya saja. Indonesia juga kebagian “keringat” Ferinanto. Ia membagi Indonesia medali di ajang Sea Games. Tahun 1997 di Jakarta ia memberi Indonesia perak dan 1999 di Brunei Darussalam ia memberi perunggu. “Di Jakarta saya kalah dari Hoho,” ujarnya.

Penyuka nasi pecel khas Madiun ini sudah malang melintang di jalur off road selama 11 tahun. Merasa “lelah” mencicipi panggung sepeda gunung, ia pun bergeser ke lintasan jalan raya dan trek. Sekitar tahun 2001-an ia pindah aliran. Hebatnya lagi, ia bisa menorehkan prestasi di nomor barunya itu seperti yang pernah ia peroleh di sepeda gunung. Ceceran medali yang prestisius adalah perak 1000 meter Individual Pursuit Sea Games 2001 di Malaysia dan emas Kriterium Sea Games 2003 di Vietnam.

Sewaktu menjajaki medan on road, ia pernah bergabung dengan tim divisi tiga, Polygon Sweet Nice (PSN). Putra ke-2 dari 3 bersaudara ini membela PSN selama 2 tahun (2002-2004). Dalam catatan cyclografi-nya, beberapa gelar kejuaraan tour pernah singgah “disakunya”. Sebut saja: gelar raja tanjakan (green jersey) Jelajah Malaysia 2002 dan Tour de Taiwan 2003 serta runner up klasifikasi umum Tour de Macau 2003

Sederet gelar dan medali bagi Jatim, Indonesia dan timnya itu adalah buah kerja kerasnya. Berusaha memberikan yang terbaik buat tim dan Tanah Airnya adalah bentuk dedikasinya. Kecepatan menggowes sepeda di pelbagai nomor telah dibuktikan. Sekarang, dalam comeback-nya, Ferinanto ingin terus memburu gelar, terutama di nomor road dan trek. (Foto dari Tabloid Bola, Tjandra M Amin)

Biodata:
Nama Lengkap : Ferinanto

Lahir : Madiun, Jawa Timur, 23 Maret 1978

Tinggi Badan : 171 cm

Berat Badan : 71 kg

Klub : Lawu Cycling Klub, Panasonic, Citra Muda, Polygon Sweet Nice.

Putra : ke 2 dari 3 bersaudara

Sepeda Pertama : Bridgestones

Sepeda Sekarang : Trek Limited Edition (Edisi Lance Armstrong)

Makanan Favorit : Nasi Pecel Madiun

Hobi di luar sepeda : Kongkow bersama teman

Prestasi diantaranya :

Juara 3 Junior World Cup Series 1994 di Australia

Juara Umum XC BSD Matra Series 1993-1995 di Jakarta

Emas DH PON 1996 di Jakarta

Perak DH Sea Games 1997 di Brunei Darussalam

Perunggu DH PON 2000 di Jawa Timur

Perak 1000 m IP Sea Games 2001 di Malaysia

Empat Kali Juara Etape Tour de ISSI 2002

Juara Kategori Sprinter di Jelajah Malaysia 2002

Juara Kategori Sprinter di Tour de Taiwan 2003

Juara 2 Umum Tour de Macau 2003

Emas Kriterium Sea Games 2003 di Vietnam

Tiga Emas (Kriterium, Road Race dan Beregu Putra) PON 2004 di Palembang

Perunggu 40 km ITT di PON 2004 Palembang


No comments: