Thursday, February 14, 2008

Balap Sepeda Bukan Impiannya

Profil: Jose Antonio Hermida Ramos (XCO-Spanyol)

Menjadi pembalap sepeda gunung bukanlah impian masa kecil Hermida Ramos (30). Pembalap Cross-Country Olympic (XCO) ini lebih menyukai olahraga sketeboard untuk mengisi waktu kosongnya. Namun, dukungan dan arahan orangtua membuat Ramos berpaling keolahraga lintas alam itu. Terbukti, sampai kini, torehan prestasi Ramos membawanya menempati peringkat 2 dunia XCO, di bawah juara dunia Julien Absalon (Perancis).

Ramos memang tidak menjuarai kejuaraan besar di tahun 2007 lalu. Tetapi penampilan yang stabil, membuat dirinya menjadi pesaing berat Absalon. Hampir disemua kejuaraan yang berlangsung musim kemarin, Ramos sering membuat repot Absalon.

Awal kekuatan dan kecepatan Ramos menyaingi Absalon bermula dari kejuaraan World Cup (WC) XCO Seri-1 di Houffalize, Belgia. Disitu, genjotan sepedanya mengunguli Absalon dengan selisih waktu satu menit. Kemudian di seri-4, di Mont Saint Anne, Kanada, adu cepat kedua pembalap ini mewarnai lomba. Absalon memenangi seri ini, tapi hanya berselih sepersekian detik dengan Ramos.

Kiprah Ramos dilomba musim lalu tidak terlalu buruk. Walaupun gagal merebut gelar juara dunia dari Absalon, dia masih bisa meraih gelar lainnya. Salah satu yang memuaskan dirinya adalah emas Kejuaraan Eropa. Dalam pergelaran yang berlangsung di Cappadocia, Turki, dia mengalahkan empat pembalap terbaik eropa, termasuk Absalon. Ketiga pembalap lainnya adalah Fredrik Kessiakoff (Swedia), Christoph Sauser dan Florian Vogel dari Swiss. Selain gelar itu, dia memperoleh juara pertama di Kejuaraan Nasional Ceko dan Kejuaraan Nasional Spanyol.

Di usianya yang menginjak 30 tahun, Absalon mempunyai satu obsesi buat musim lomba tahun ini. Apalagi kalau bukan gelar juara dunia XCO yang rencananya diadakan di Val di Sole, Italia. Selama mengikuti kejuaraan diseluruh dunia, Ramos belum sekalipun mencicipi gelar ini. Terakhir dia hanya memperoleh medali perunggu di Kejuaraan Dunia 2005, di Livigno, Italia. Tahun itu emas direbut Absalon dan perak diraih Christoph Sauser.

Jadwal lomba musim 2008 sudah tertata rapi oleh Badan Balap Sepeda Dunia (UCI). Namun ada satu event besar yang juga menjadi ambisi Ramos tahun ini, yaitu Olimpiade Beijing, China. Ramos memendam rindu pada medali emas. Maklum saja, empat tahun lalu, di Athena, Yunani, Ramos hanya mampu mempersembahkan medali perak buat Negeri Matador, Spanyol. Kecepatan crank-nya tidak dapat membawa bendera Spanyol ke tiang tertinggi di Negeri Para Dewa itu. Untuk itu, tahun ini saatnya Ramos menunjukan pengabdian kepada Tanah Airnya.

Ramos memang pernah tinggal di Perancis, tapi itu hanya berlangsung selama 4 tahun. Di Negeri Mode itu, dia menghabiskan masa kanak-kanak. Setelah itu, orangtuanya membawa Ramos kembali ke Spanyol, tempat dia dilahirkan. Orangtuanya menginginkan Ramos memperoleh pendidikan dasar (Setingkat dengan SD-Red) yang bagus di Negeri Monarki itu.

Lelaki setinggi 172 sentimeter ini dilahirkan di Puigcerda, 24 Agustus 1978. Sebuah kota yang 7000 penduduknya berasal dari Pyrenean Catalan, berbatasan dengan Perancis. Kota ini merupakan tempat dia mengenal olahraga sepeda. “Saya tidak ingat kapan mulai menyukai sepeda,” katanya seperti dikutip melalui situs pribadinya, territorihermida.net.

Olahraga balap sepeda memang bukan pilihan Ramos. Semenjak kecil, Ramos cenderung memilih olahraga skateboard untuk mengisi waktu luangnya. Bersama teman-teman, Ramos menghabiskan waktu bermain papan luncur beroda itu disekitar tempat tinggalnya. “Tidak hanya bermain skateboard. Saya juga pernah menggeluti olahraga lari (atletik-red),” ujar pembalap yang juga menyukai sepeda BMX ini.

Ramos tidak tahu persis kapan dia menyukai sepeda. Dalam ingatannya, dia mengendarai sepeda sedikit lebih tua. Karena, diusia 14 tahun dia masih asyik bermain papan seluncur kesayangannya itu. “Saya menemukan sepeda MTB dengan harga tinggi sekitar tahun 1991-1992,” kenangnya.

Kenangan Ramos mengenai sepeda terjadi sekitar tahun itu. Temannya yang sedang mengendarai sepeda gunung (MTB) mengizinkan dia untuk mencobanya. Dari situ rasa ketertarikan memainkan sepeda muncul. “Saat itu melihat sepeda beroda besar dan lebar sungguh hebat,” tutur pembalap Multivan Merida Biking Team ini. Alasan lainnya, menurut dia, olahraga ini menawarkan kebebasan bermain, dimana tidak didapat saat bermain skateboard. “Berpikir realistis, tempat tinggal saya dulu bukanlah surga buat anak-anak skater. Disini penuh dengan pegunungan, jalanan mendaki, salju dan sedikit jalan aspal,” tambahnya.

Keinginan besar memiliki sebuah sepeda gunung, memaksa dia membuat taruhan kecil dengan orang tuanya. Dia mengatakan kepada orangtuanya, jika dia dapat lulus ujian pendidikan dasar dengan nilai bagus, dia ingin dibelikan sebuah sepeda gunung. Merasa memiliki kemauan tinggi untuk memperoleh sepeda gunung, dia giat belajar. Hasilnya, sepeda gunung Black Mongose menjadi mainan barunya. “Saya bukanlah seorang siswa yang buruk. Tapi taruhan itu merangsang saya untuk belajar,” katanya.

Melihat anaknya mempunyai minat yang tinggi untuk bermain sepeda gunung, membuat orangtuanya menebar nasehat. Ramos memang banyak menekuni kegiatan olahraga selama duduk dipendidikan dasar. Namun, keinginan yang satu ini melebihi olahraga lainnya. Orangtuanya pun memberi dukungan kepada Ramos untuk menseriusi balapan kereta angin ini. “Saya mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang mengusahakan dan merangsang saya memilih olahraga ini,” kenangnya.

Hari kosongnya tidak lagi diisi oleh papan seluncur. Dia bersama temannya sering mengendarai sepeda Mongose ke Cerdagne Valley, sebuah pegunungan di Pyrenese. Selama menggenjot dengan temannya, dia banyak menemukan tempat baru yang mengagumkan. Dari sini dia mempunyai banyak teman baru.

Aktif menggenjot sepeda, Ramos ditawari ikut lomba oleh salah satu teman barunya. Tepatnya musim panas 1992, dia bersama temannya itu mengikuti lomba sepeda gunung untuk pertama kalinya. Tempat lomba yang diselenggarakan di Livia, 5 kilometer dari Puigcerda, menjadi titik startnya menapaki dunia balap internasional. “Sebuah kenangan indah. Pertama ikut saya langsung juara,” ujarnya.

Semenjak itu, dia bersama orangtua dan istrinya, rutin mengikuti lomba yang diadakan. Mulai dari tingkat nasional sampai kejuaraan dunia. Jalan menuju ke kejuaraan dunia dimulai tahun 1995. Pada tahun itu Ramos mengikuti babak kualifikasi dan menang.

Tahun 1996 adalah awal mula Ramos menapaki ketatnya persaingan balap sepeda internasional. Trek di Cairns, Australia membuka jalan pemuda berusia 18 tahun itu menuju event bergengsi. Walaupun gagal meraih juara, setidaknya pintu ke arah arena World Cup, World Championships dan Olimpiade sudah terbuka. Sekarang, ketiga kejuaraan itu sudah dijajalnya.

Dalam kamus Ramos, tidak ada kata terlambat memulai sesuatu. Olahraga sepeda dikenal dalam usia yang tidak muda. Tapi lewat kemauan yang keras dan memulai dari hobi, kini semua dirasakan indah. Bagi dia, bersepeda adalah pekerjaan sekaligus hobi. “My hobby is my work and my work is my hobby”.

Biodata:

Nama Lengkap : Jose Antonio Hermida Ramos
Lahir : Puigcerda, Spanyol, 24 Agustus 1978
Hobi : BMX, Telemark, Cross Country Skiing
Tinggi : 172 cm
Berat : 63 kg
Pelatih : Quim Forteza
Klub Pro : Multivan Merida Biking Team
Disiplin : Cross Country Olympic dan Marathon
Ranking : 2 Dunia XCO (UCI)

Beberapa Prestasi:

2007
Juara 1 Nasional Ceko Cup
Juara 1 Nasional Spanyol
Juara 1 Kejuaraan Eropa di Turki

2006
Juara 1 Gran Premi Massi-Coppa Catalana, Spanyol
Juara 1 Nasional Ceko Cup
Juara 3 The Sea Otter Classic, USA
Juara 3 World Cup Series

2005
Juara 3 World Championship, Italia
Juara 2 World Cup Series

2004
Juara 2 (Perak) Olimpiade Athena, Yunani
Juara 1 Kejuaraan Eropa
Juara 1 Nasional Spanyol
Juara 1 Swisspower Cup Reinach

No comments: