Thursday, November 20, 2008

Gelar Hoho, Predikat Indonesia




Panggilannya Hoho, lebih akrab ketimbang memanggil nama aslinya, Sugianto Setiawan. Dibalik keakraban nama itu, ada sejumlah prestasi yang bikin nama itu kian familiar di telinga penggemar balap sepeda gunung Indonesia, khususnya downhill. Apa itu? Dua kali dinobatkan sebagai raja downhill Asia (2000 dan 2005), serta sekali juara four cross Asia tahun 2001.

Prestasi Hoho mengangkat pamor Indonesia di arena downhill. “Di Asia kita ditakuti bersama Jepang, Korea Selatan, dan Hongkong,” kata downhiller tim Kencana Bike Malang ini.

Pertama kali, Hoho juara Asia di Thailand tahun 2000. Beradu cepat menuruni gunung sepanjang 2,2 kilometer melawan puluhan downhiller Asia, ia keluar sebagai yang tercepat. Kesuksesan itu juga didukung faktor cuaca. Saat berlangsungnya kejuaraan, hujan. Mengaku bermodal keberanian, sepeda Intense M1 yang ditungganginya saat itu meluncur deras melindas finis dengan waktu tercepat.

“Pas hujan saya bersemangat banget, karena di Indonesia latihannya selalu hujan. Terlebih pelatih juga sudah membawa ban basah,” kata peraih emas Asean MTB Championship 2004 dan 2005 ini.

Sejak kemenangan di Thailand itu, keikutsertaannya kerap mengundang takut lawan. Sayang, setahun kemudian di Busan, Korea Selatan, ia gagal mempertahankan gelarnya. Ban sepedanya pecah beberapa meter menjelang finis. Kandas di downhill, lelaki kelahiran Malang, 22 Oktober 1978, itu malah mendapat gelar di nomor lain. Dua gelar sekaligus, nomor four cross Asia dan four cross open.

Partisipasinya berlanjut di kejuaraan Asia 2002-2004. Tiga tahun itu, Hoho sekali mengalungkan medali perunggu, yakni di Fhilipina tahun 2004. Itu tahun kembalinya “si bengal” setelah hampir satu tahun absen dari hingar bingar event sepeda gunung. Cedera patah tulang di bagian bahu yang ia peroleh usai mengikuti kejuaraan Asia 2003 di Vietnam, lebih banyak memaksanya sebagai penonton.

“Saat itu saya berpikir untuk berhenti jadi atlet,” ujar peraih empat emas Sea Games (1997, 2001, 2003 dan 2005).

Namun semangat dan dorongan dari rekannya menutup pikiran itu. Begitu memperoleh kesempatan dikirim ke Kejuaraan Asia 2004, ia tidak sia-siakan. Sebagai dorongan materil, pemilik tim Kencana Bike Malang, Hardy Hartoko, membelikannya tunggangan baru, sepeda Orange 223. Hasilnya, medali perunggu itu melingkar di lehernya.

“Saya meyakinkan diri sendiri kalau saya bisa berbuat yang terbaik di sana,” kata kakak Purnomo ini, yang juga atlet downhill.

Predikat raja Asia kembali dalam jatidirinya saat berlangsung kejuaraan Asia di Pecatu Bali 2005. Di Pulau Dewata itu, waktu tercepatnya dan keberaniannya menuruni trek berjarak 1,2 kilometer tidak bisa dikalahkan downhiler tangguh dari Jepang, Korea Selatan dan Hongkong. Ia juara. Tidak sia-sia ia bergulat dengan pasir, kerikil dan batu Pecatu selama dua bulan.

Dari 10 kali (1998-2007) partisipasinya di ajang bergengsi se-Asia itu, Hoho mengakui tahun 2005 adalah masa terbaiknya. Target memburu tiga gelar; Sea Games Fhilipina, Asean MTB Championship Malang dan Kejuaraan Asia di Bali, berhasil ia capai. Semuanya berbuah medali emas.

Baru Hoho yang bisa berbuat seperti itu. Predikat juara Asia-nya, juga predikat buat Indonesia. Melalui keberanian, kecepatan dan kenekatannya menuruni lereng gunung di pelbagai negara Asia, Indonesia sudah dicap sebagai macan downhill Asia. Sejajar dengan Korea Selatan, Jepang, dan Hongkong. (Foto:X-MTB)

No comments: