Ukuran tubuhnya tergolong kecil untuk mengendarai sepeda gunung downhill. Namun hal itu tidak menjadi penghambat Popo Ariyo Sejati (21) terjun ke olahraga kereta angin. Berkat keberanian dan kecepatannya bersepeda menuruni lereng gunung yang curam, Popo siap meraup emas di masa depan. Kini, bersama klubnya Kencana Bike Malang, dia mulai membidik setiap kejuaraan nasional dan internasional.
Beberapa bulan lalu, Popo mengalami kesedihan yang mendalam. Target satu emas sepeda gunung yang dicanangkan PB ISSI dan Satuan Tugas (Satgas) Sea Games Thailand 2007 tidak tercapai. Dia kecewa lantaran beban itu berada dipundaknya. Padahal, merujuk hasil uji coba, dia berpeluang besar memberi emas pertama bagi
Penampilannya di Sea Games ke-24 kemarin adalah yang pertama buat anak sulung dari empat bersaudara ini. Saat itu usia Popo masih muda. Dia belum mempunyai banyak pengalaman membela Merah Putih di event terbesar se-Asia Tenggara itu. Apalagi tahun 2007 itu, kali pertama Popo menekuni nomor downhill, setelah tiga tahun turun di cross country. Namun, kepercayaan yang diberikan pelatih dan manager tim dibayar dengan baik. Walaupun perak, setidaknya dia masih punya
Popo mulai pindah ke nomor downhill awal tahun 2007. Pelatihnya, Zainul menganggap skill (kemampuan) dia menuruni gunung lebih bagus ketimbang tanjakan. Tanpa paksaan, dia pun menyetujui saran pelatihnya itu untuk mencoba olahraga yang terbilang ekstrem. Dua bulan kemudian lelaki kelahiran Blitar ini ikut tes penyaringan bakal calon atlet Sea Games. Tak disangka, seleksi yang digelar di Bojun,
Dari situ Popo mulai sering terlibat event internasional. Kejuaraan yang paling besar dan bergengsi adalah Asian MTB Championships di China, Agustus 2007. Baru pertama ikut serta dan melawan pembalap tangguh dari ras kuning; Jepang, Taiwan, China, Hongkong dan Korea Selatan, Popo langsung menunjukan prestasi yang luar biasa. Dia mampu mematahkan dominasi kecepatan pembalap tuan rumah dan keluar sebagai juara dua. Catatan waktunya hanya kalah dari downhiller Jepang, Naoki Idegawa. Medali perunggu direbut Tsui King Man (Hongkong).
Tahun pertama yang mengesankan buat Popo. Dua raihan perak dikejuaraan internasional jelas bukan perkara mudah. Butuh perjuangan keras untuk memperolehnya. Hasil ini sangat timpang dengan jumlah gelar yang direbut di tingkat nasional. Maklum saja saat itu dia lebih banyak fokus membela Tim Nasional (Timnas). “Sekali saya mengikuti kejuaraan di Tanah Air. Itu pun hanya menduduki peringkat ketiga,” ujar lelaki kelahiran 24 Juli 1986 ini. Satu gelar itu didapat dia di kejuaraan downhill di Yogyakarta. Juara pertama dan kedua diperoleh rekan satu timnya, Hoho dan Purnomo.
Sebelum 2007 Popo lebih banyak turun di nomor cross country. Karena pertama kali datang ke Kota Malang tahun 2003, dia diplot untuk jenis perlombaan adu balap sepeda. Di nomor ini, prestasi Popo lumayan bagus. Setidaknya dia pernah menjuarai berbagai kejuaraan yang diadakan di
Selain terlibat di kedua nomor itu, Popo juga pernah merasakan panasnya persaingan sepeda jalan raya (Road Race). Peristiwa itu hanya berlangsung sebentar. Pelatih melihat Popo tidak menunjukan hasil yang baik di disiplin ini. Sempat diturunkan untuk memperkuat barisan Kencana Bike di Tour Jabar dan Tour Semarang 2003, Popo tidak dapat membawa tim ke urutan terdepan.
Pengaruh Sang Bapak
Darah bersepeda Popo diwarisi Bapaknya yang hobi bermain BMX. Bapaknya yang bernama Seger Triyono memberi pengaruh besar terhadap perkembangan Popo kecil. Semenjak masih duduk di Taman Kanak-Kanak (TK), Seger sering mengajak dia bermain sepeda BMX. Lomba-lomba yang diadakan tempat kelahirannya, Blitar, juga sering disambanginya.
Popo sendiri baru menseriusi menjadi atlet balap sepeda ketika duduk di tingkat SMP. Dia aktif mendaftarkan diri setiap ada lomba balapan BMX di daerahnya. “Setiap ikut lomba saya sering menang,” kenang pengagum Hoho ini. Merasa tidak berkembang di
Kencana Bike merekrut Popo karena kegetolannya mengikuti lomba di daerah Jawa Timur. Dari situ, salah seorang pengurus mengajak dia untuk bergabung. Dan dia pun menyetujuinya. “Orangtua setuju saya ke
Di klub ini Popo tidak turun di satu nomor saja.
Era Hoho sudah berakhir. Sekarang saatnya berpindah ke juniornya Popo. Dari skill dan teknik, Popo dan Hoho sama baiknya. Namun karena usia Popo masih muda, dia pantas didorong untuk menjadi yang terdepan dan terbaik. “Karirnya masih panjang. Dia memiliki bakat yang luar biasa. Kematangannya perlu diasah lagi dengan mengirim dia ke berbagai kejuaraan nasional dan internasional,” kata Sugeng Tri Hartono, Mantan Pelatih Timnas
Biodata:
Nama : Popo Ariyo Sejati
Lahir : Blitar, 24 Juli 1986
Tinggi : 160 cm
Berat : 51 kg
Downhiller Fav : Sam Hill, Steve Peat dan Sugianto Setiawan (Hoho)
Prestasi :
2007
Perak DH Asian MTB Championship di China
Perak DH Sea Games ke-24 di Thailand
Juara 3 DH elite Kejuaraan DH di Yogyakarta
Juara 5 DH elite Kejuaraan MTB di Gunung
Juara 2 XC elite Kencana Puspitek Series di Serpong
Juara 4 XC elite Kencana Puspitek Series di Serpong
Juara 2 XC elite Kejuaraan MTB Malaysia Open
Juara 2 XC Kejuaraan Asia Open di Bali
Juara 2 XC elite Kejurnas Malang
Juara 1 DH (Hardtail) Kejurnas Malang
Juara 4 XC Kejuaraan MTB Asean di Malang
No comments:
Post a Comment